Kamis, 22 September 2011

Bukti Emas Bubble (III): Harga Pangan

Apakah harga komoditas kebutuhan hidup naik seiring harga emas? Jawaban pertanyaan ini akan menentukan apakah memang penurunan nilai uang-lah yang menyebabkan kenaikan tajam harga emas sejak 2002. Saya coba mengikuti link yang diberikan saudara Rony Mukhlison dalam komentarnya terhadap posting Bukti Bubble Emas (II). Anehnya, saya tidak menemukan bukti yang mengiyakan pertanyaan di atas.

Di bawah ini, anda bisa melihat grafik harga-harga berapa komoditas pangan pokok di Amerika Serikat yang saya dapatkan dari situs indexmundi yang ditunjukkan oleh saudara Rony.








Tabel di bawah menunjukkan rata-rata kenaikan harga 7 macam komoditas yang grafiknya saya tampilkan di atas. Sebelum 2007, hanya gula, gandum, dan jagung yang mengalami kenaikan harga cukup tinggi mendekati kenaikan harga emas. Gula, gandum dan jagung naik sekitar 9-10% per tahun, sementara emas naik 12% per tahun. Komoditas lain hanya mengalami kenaikan rata-rata kurang dari 5% per tahun.

(Update: pada perhitungan sebelumnya, saya salah memasukkan angka pangkat ketika menghitung rata-rata geometrik periode 2007-2011. Setelah diperbaiki, angka untuk kapas, gandum, jagung, dan ayam menjadi lebih besar. Saya juga tambahkan komoditas emas sebagai pembanding.)


Perhitungan yang keliru:

Perhitungan setelah diperbaiki:


Ketika krisis keuangan mulai berjalan di tahun 2007, kecuali ikan dan gandum, semua komoditas mengalami akselerasi kenaikan harga yang tajam, sekitar dua kali lebih cepat dari semula. Bahkan untuk kapas, kenaikan harga 3,5 kali lebih cepat dari semula.  Kenaikan harga emas juga menjadi dua kali lebih cepat, dari 12% menjadi 24%. Namun jika sebelum 2007, ada tiga komoditas yang kenaikan harganya mendekati emas, sejak 2007 hanya gula yang cukup dekat, yakni 21%. Kenaikan harga komoditas lainnya pasca 2007 masih di bawah 15%, sehingga masih selisih lebih dari 9% dari kenaikan harga emas.

Setelah koreksi perhitungan, kenaikan harga emas masih lebih tinggi daripada kenaikan harga komoditas lain. Memang perbandingan antara emas dan komoditas lain tidak sebesar perkiraan sebelumnya ketika terjadi kekeliruan perhitungan. Tapi kesimpulan umum bahwa harga emas naik jauh lebih cepat dari komoditas lain masih tetap valid.

Kembali lagi, hal ini membuktikan bahwa kenaikan harga emas tidak bisa semata-mata dicari sebabnya dari penurunan nilai uang. Ketika satu barang atau jasa mengalami kenaikan harga jauh lebih cepat dari lainnya, maka kemungkinannya jika tidak ada pelambatan pasokan, pasti ada pergeseran permintaan ke arah komoditas tersebut.

Apa yang menyebabkan pergeseran permintaan ke emas? Dari timing perubahan tren harga emas yang terjadi pasca pecahnya dot com bubble, pelonjakan volume transaksi future emas di waktu yang bersamaan, serta euforia membeli emas yang bisa kita amati dari berita dan kejadian di sekitar kita (sudah saya paparkan di posting-posting sebelumnya), maka saya simpulkan lonjakan permintaan itu datang dari permintaan spekulatif. Dan kenaikan harga dari aktivitas spekulasi selalu hanya menjadi gelembung yang siap pecah sewaktu-waktu.

9 komentar:

Anonim mengatakan...

Analisa yg ngawur. Diuji pake apapun harga pangan ada hubungannya dengan harga emas. Mau pake eviews, stata, sas? Silahkan dicoba, bahkan signikansinya ada di 1 persen!!!!

Kesimpulannya: tetaplah beli emas. Abaikan tulisan ngawur ini.

Said mengatakan...

Saya tidak pernah berkata tidak ada hubungan (korelasi) harga pangan dengan harga emas. Lihat di paragraf terakhir.

"Faktor lain telah menyebabkan harga emas naik, paling tidak, 2x lebih cepat dari harga barang dan jasa lain."

Itu adalah pernyataan bahwa harga emas dan harga barang dan jasa sama-sama naik (korelasi positif), tapi harga emas lebih cepat paling tidak 2xnya.

Penekanan saya adalah pada "faktor lain" penyebab kenaikan harga emas di luar penurunan nilai uang. Dan faktor itu adalah spekulasi.

Silahkan kalau mau ikut spekulasi, untung-rugi anda tanggung sendiri. Dalam spekulasi harga, untung-rugi tergantung apakah timing beli dan jualnya tepat, dan tidak ada yang tahu pasti kapan timing baik kecuali setelah lewat.

Anonim mengatakan...

Menghitung angka pertumbuhan juga ngawur. Coba dihitung lagi. Kalau mau menghitung angka pertumbuhan tahunan gunakan periode 1 tahun. Misal untuk komoditi emas, gunakan angka di bulan Jan 00, Jan 01, Jan 02, dst. Baru ketemu angka pertumbuhan tahunan.

Angka pertumbuhan tahunan utk komoditas corn, wheat, dan gold sbb:

Corn
Jan-01 1.5%
Jan-02 -2.5%
Jan-03 15.0%
Jan-04 8.8%
Jan-05 -16.6%
Jan-06 7.0%
Jan-07 60.8%
Jan-08 25.1%
Jan-09 -16.1%
Jan-10 -3.5%
Jan-11 58.7%
Aug-11 (ytd) 17.0%

Wheat
Jan-01 25.5%
Jan-02 -5.7%
Jan-03 19.4%
Jan-04 11.2%
Jan-05 -7.7%
Jan-06 8.8%
Jan-07 17.3%
Jan-08 88.5%
Jan-09 -35.2%
Jan-10 -15.8%
Jan-11 62.1%
Aug-11 (ytd) 0.2%

Gold
Jan-01 -6.6%
Jan-02 6.0%
Jan-03 26.8%
Jan-04 16.0%
Jan-05 2.5%
Jan-06 29.7%
Jan-07 14.8%
Jan-08 40.9%
Jan-09 -3.5%
Jan-10 30.2%
Jan-11 21.3%
Aug-11 (ytd) 29.5%

Untuk rata-rata pertumbuhan tahunan (rumus sederhana) sbb:

2001-2006, Corn 2.2%, Wheat 8.6%, Gold 12.4%
2007-2011(Aug), Corn 23.6%, Wheat 19.5%, Gold 22.2%

Kalau mau pakai rumus geometri ya silahken. Hasilnya juga ga jauh beda. Itu baru 2 komoditi. Komoditi lainnya silahken dihitung sendiri.

Intinya: pertumbuhan rata-rata tahunan corn, wheat, dan gold berjalan seiring. Bahkan angkanya persis sama, tidak 2x. Lagi-lagi tulisan yg ngawur.

Said mengatakan...

Terima kasih komentator anonim. Sudah saya cek lagi ternyata memang ada kesalahan perhitungan untuk periode 2007-2011. Posting sudah saya koreksi, tapi tidak mengubah kesimpulan. Masih terdapat selisih besar antara kenaikan harga emas dan komoditas lain, hanya saja tidak sebesar sebelumnya.

Anda juga keliru (ngawur?) ketika mengatakan "angkanya persis sama". Keliru juga jika anda menghitung kenaikan harga tahun 2001-2006 dari Januari 2000 ke Januari 2006. Jika anda membandingkan harga Januari 2001 ke Januari 2000, maka perhitungan anda menghasilkan kenaikan harga sepanjang tahun 2000, bukan 2001.Kalau saya sendiri menghitung kenaikan harga dari perbandingan harga Desember tahun yg dihitung (misal Des 2001) dengan harga Desember tahun sebelumnya (Des 2000).

Untuk rata-rata geometrik, jika selisih tidak terlalu besar sekalipun, akan menyebabkan inakurasi. Saya yakin anda orang yang memperhatikan akurasi, karena bagi anda inakurasi adalah ngawur.

Anonim mengatakan...

Ngawur = kekeliruan yg berkali-kali lipat. Mulai dari konsep, analisa, metode perhitungan, semuanya ngawur. Analisa bubble hanya berdasarkan sejarah krisis 1930an, 2008, dll. Bahkan tidak ada uji statistik sbg bukti pendukung. Dari analisa pertumbuhan rata-rata tahunan saja terbukti kenaikan emas tidak lebih cepat 2x seperti sebelumnya ditulis.

Yang akan pecah itu adalah 'bubble' di tulisan ini sendiri dengan segala kengawurannya. Let see!!!!

Said mengatakan...

Anonym, anda menuntut pengujian statistik untuk membuktikan hipotesis saya, namun anda sendiri juga tidak menyajikan pengujian statistik yang menolak hipotesis saya. Jadi dalam hal pengujian formal statistik ini kita pada posisi yang sama.

Beda saya dengan anda, saya sudah menyajikan argumen saya mengenai mengapa harga emas bubble, baik dengan analisis sejarah maupun data-data yang mendukung hipotesis bubble itu. Sementara anda belum sepeserpun mengemukakan argumen yang menolaknya.

Sepertinya anda sudah kehabisan amunisi argumen, sehingga yang tersisa hanya caci maki.

Anonim mengatakan...

Apakah orang harus menjadi Lionel Messi untuk mengatakan bahwa permainan David Beckham sekarang jelek? Apakah orang harus menjadi Nabi baru untuk mengatakan bahwa Ahmadiyah itu sesat? Berapa banyak lagi akan ada nabi-nabi baru? Kengawuran yang begitu nyata akan sangat mudah untuk dilihat. Tidak perlu orang sekelas Faisal Basri atau Sri Adiningsih untuk mengatakan bahwa tulisan Anda ngawur.

Mungkin Anda memang lebih pintar. Tapi orang bodohpun bisa mengatakan bahwa tulisan Anda ngawur. Tidak bisa dibuktikan secara statistik. Hanya pakai perasaan, penerawangan, belajar dari sejarah. Ini ekonomi, bukan pelajaran sejarah.

Dan harus dibedakan pula antara mencaci maki dengan pengungkapan fakta. Misal ada headline di berita 'Ditemukan Mayat di Tempat Sampah'. Apakah si penulis bermaksud menghina si mayat? Itu adalah pengungkapan fakta apa yang sebenarnya terjadi. Jadi, ya kalau ngawurnya begitu jelas ya pantas disebut ngawur.

Nanti bukan hanya 'buble' di tulisan Anda yang akan meletus. Tapi juga semua kengawuran yang bersumber dari otak Anda itu yang akan meletus.

Said mengatakan...

Anonim, ada baiknya anda baca paper tentang ekonometri dari Lawrence H. Summer, Prof Ekonomi dari Harvard dan ex Kepala Penasihat Ekonomi Clinton dan Obama.
http://goo.gl/TypSK
dan tulisan blog Kevin O'Rourke tentang pentingnya sejarah ekonomi
http://goo.gl/p5784

Saya tidak sedang mengatakan ekonometri tidak penting, atau sejarah lebih penting. Masing-masing punya kekuatan argumen.

Jadi kekuatan argumen itu pada kualitas argumen itu sendiri, bukan tipe argumennya. Kalau pakai ekonometri kelas ecek-ecek juga tetap lemah untuk jadi argumen. Sejarah ecek-ecek juga lemah jadi argumen.

Mungkin saya juga masih ecek-ecek, sehingga tidak bisa meyakinkan anda. Namun tolong gunakan prinsip ilmiah. Jika anda ingin menolak suatu argumen, pakailah argumen pula. Kalau belum bisa berargumen untuk menolak argumen orang lain, lebih bijaksana jika diam, walau belum tentu anda setuju. Dan alangkah baiknya jika anda bisa lebih santun.

Anyway, saya tetap berterima kasih atas koreksi anda terhadap perhitungan saya sebelumnya. Saya perlu pembaca yang bisa mengkritisi dan menunjukkan kesalahan saya.

Anonim mengatakan...

Belum ada tanda-tanda harga emas bubble. Ternyata tulisan anda memang 100% ngawur.