Jumat, 15 Agustus 2008

Siapa Penyusun Pidato Kenegaraan Presiden?

Presiden SBY kembali melakukan kesalahan dalam pidato kenegaraan kemarin. Ia kembali membanggakan prestasi semu penurunan angka kemiskinan. Penurunan kemiskinan dikatakan semu karena angka yang digunakan adalah hasil survey sebelum kenaikan harga bbm. Hampir dipastikan angka kemiskinan itu kembali melonjak pasca kenaikan harga bbm.

Tahun 2006 Presiden telah melakukan kesalahan yang sama dengan membanggakan penurunan angka kemiskinan yang datanya juga diperoleh dari survey sebelum kenaikan harga bbm. Bagaimana bisa Presiden tersandung batu yang sama dua kali? Atau Presiden salah dalam merekrut penyusun naskah pidato kenegaraan yang begitu naif, asal comot data yang terlihat bagus. Semoga tidak ada ekonom yang terlibat dalam tim penyusun naskah pidato tersebut.

Jumat, 01 Agustus 2008

Kemiskinan turun?

BPS baru saja menerbitkan statistik kemiskinan yang menunjukkan turunnya jumlah orang miskin pada maret 2008 sebesar 2,21 juta orang dari angkanya pada maret 2007. Hanya saja perlu dicermati bahwa harga bbm naik setelah survey tersebut, sehingga kemungkinan besar angka tersebut sudah berubah drastis saat ini. Arah perubahan angka kemiskinan bergantung pada seberapa besar BLT mampu menghapus dampak kenaikan harga bbm.
Bagaimana jika kemiskinan naik pasca kenaikan harga bbm, apa yg harus dilakukan?
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengentasan kemiskinan adalah tidak ada solusi tunggal untuk seluruh kasus kemiskinan yang memiliki beragam penyebab. Namun tiap kasus dapat dikelompokkan menurut faktor penyebab yang paling dominan. Tiap kelompok ini bisa didekati dengan cara serupa.
Upaya pengentasan kemiskinan selama ini berfokus pada membuka lapangan kerja dan pengembangan kredit mikro. Akan tetapi, banyak dari orang miskin tidak tersentuh kedua program ini. Sampai sekarang, Lapangan kerja baru lebih banyak tercipta di kota dan hanya dapat diakses oleh warga yang berpendidikan dan memiliki akses informasi ke lapangan kerja di kota. Kredit mikro hanya diperoleh warga yang menjadi pemilik usaha.
Penduduk desa yang bermigrasi ke kota banyak terlempar ke sektor informal dan membentuk kaum miskin kota. Kemiskinan di desa diekspor ke kota.
Kaum miskin kota ini tidak akan kembali ke desa karena mereka juga tidak memiliki aset dan pekerjaan di desa. Walau banyak juga yang masih meninggalkan keluarga di desa dan mengirimkan hasil kerja mereka di kota ke desa.
Revitalisasi pertanian dan reformasi agraria di desa menjanjikan pengurangan kemiskinan dan penurunan beban kota. Sebaliknya, penataan kota mampu pula memperbaiki kualitas hidup dan memperluas penyerapan lapangan kerja sektor formal sehingga menurunkan kemiskinan. Penyebaran kawasan industri mampu meratakan perkembangan ekonomi dan meningkatkan efisiensi jika didukung infrastruktur memadai. Di sinilah letak leher botol ekonomi kita: kurang infrastruktur. Euforia demokrasi meningkatkan kesulitan koordinasi untuk membangun infrastruktur. Kapasitas kita untuk tumbuh sudah memadai. Jika sumbat infrastruktur ini dapat dilepas dengan dorongan kuat, pertumbuhan ekonomi akan segera mengalir deras.
Perlulah pemerintah menambah utang untuk membiayai dorongan kuat tersebut?