Rabu lalu (23/1), Kompas online memberitakan pengakuan Menkeu bahwa "...ancaman dari resesi global akibat menurunnya pergerakan indeks di bursa saham dunia sangat mungkin memengaruhi proyeksi perekonomian Indonesia."
Ada kesalahan arah kausalitas dalam berita tersebut, entah itu pernyataan Menkeu sendiri atau kekeliruan reporter. Pergerakan indeks dipengaruhi oleh ekspektasi pemain bursa terhadap situasi ekonomi masa depan, bukan sebaliknya. Naik turunnya indeks saham tidak mempengaruhi keputusan belanja modal perusahaan yang sahamnya listing di bursa.
Indeks bursa bukan penyebab, namun dapat menjadi signal akan peristiwa masa depan. Penurunan indeks global disebabkan kekhawatiran resesi ekonomi Amerika Serikat dan kasus kerugian bank besar Perancis, Societe Generale, akibat kalah spekulasi.
Namun, kesahihan signal ini tergantung dari apakah ekspektasi pelaku yang mendorong pergerakan indeks tersebut dilandasi oleh informasi dan pertimbangan wajar, atau lebih didorong kepanikan dan optimisme berlebihan yang popouler disebut perilaku kawanan.
Namun ada pula kemungkinan perilaku kawanan ini menularkan krisis di sektor keuangan pada krisis di sektor riil. Jika perilaku kawanan ini mendorong perubahan kurs yang drastis, ekspor dan impor menjadi jembatan pengaruh ke sektor riil. Demikian pula,jika ada lembaga keuangan di Indonesia terkena kerugian besar akibat kalah spekulasi di bursa, ada risiko masyarakat akan kehilangan kepercayaan ke seluruh lembaga keuangan sehingga mengganggu fungsi intermediasi yang merupakan pembuluh darah ekonomi.
Sementara ini, penurunan indeks bursa di Indonesia yang terpengaruh bursa dunia belum menular ke sektor riil. Perhatian lebih baik kita tujukan pada kasus harga pangan dan minyak yang sangat mempengaruhi ekonomi domestik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar